Satu kalimat dalam buku tersebut yang di ucapkan oleh anak rimba, murid Butet yang memililiki nama Peniti Benang.
Banyak hal menarik yang bisa kita dapati dalam buku ini, juga banyak pelajaran yang diperoleh dari pengalaman yang terkadang tidak sesuai dengan teori-teori dalam buku. Catatan Butet kadang melumpuhkan teori-teori tersebut saat berhadapan dengan pengalaman dan fakta keseharian mereka. Semua di paparkan dengan gaya bahasa yang (kadang) sedikit gaul oleh Butet dalam buku ini.
Gue beberapa kali sempat ngobrol sama Butet sambil menyeruput segelas kopi, kepribadian tokoh ini tak jauh dari apa yang kita bisa baca dalam buku ini. Dan ketika ada SMS dari Butet, yang isinya undangan untuk menghadiri launching buku ini, gue senang banget. Sayang karena kesibukan, gue ga sempat hadir, namun gue langsung mencari buku tersebut ke toko buku. Rasanya ga sabar untuk membaca kisah Butet di Rimba sana dalam menunaikan keinginan hatinya untuk membuat anak-anak rimba supaya bisa baca tulis dan hitung seperti Orang Terang.
Ketika seorang anak rimba mengucapkan "Ibu, beri kami sekolah"...mungkin, itulah kalimat terindah yang pernah di dengar oleh Butet selama disana. Walaupun pada awalnya, memasukkan unsur sekolah ke Orang Rimba tidaklah mudah, namun Butet tidak menyerah untuk hal ini. Bukan cuma waktu dan tenaga yang dikorbankan olehnya..namun tabungan pribadinya pun ikut terkuras...
"Segelonyo sejak dari mulaknya hopi tokang, tapi kalu pelajoron turuy, jadi tokang" [Segala sesuatu memang dimulai dari tidak tahu, tapi kalau belajar terus, jadi mahir]..sebuah filosofi pada saat Butet mengajarkan anak-anak rimba bersepeda, yang pada akhirnya menjadi motivasi ketika mereka belajar berhitung dan mengenal abjad.....
Pantas untuk dibaca....gue terhanyut seakan berada disana saat membaca catatan seorang Butet Manurung dengan kegiatan Sokola Rimba-nya...